Tuesday, April 15, 2025
Pengetahuan

Inilah 10 Lokasi Foto Terpopuler di Instagram Selama 2012

Instagram merilis 10 lokasi foto terpopuler yang diunggah para penggunanya selama tahun 2012. Tahukah ...

8 Jenis Kembang Api ter Indah Beserta Harganya

1. Firekrackers / Petasan Kembang api yang satu ini ga mungkin deh kalo kalian ga kenal, suaranya yang ****...

Jelajah TKP: Perayaan Heboh Ultah Ke-13 KASKUS

Di bulan November ini, forum terbesar di Indonesia, KASKUS genap berusia 13 tahun. Menggandeng AXIS, prov...

Bunga-Bunga Penuh Racun

1. OpiumOpium sebenarnya dipakai dalam dunia farmasi, namun lebih sering disalahgunakan sebagai bunga penghas...

Kenapa Kita Butuh Mimpi Dalam Tidur?

Orang mengatakan waktu dapat menyembuhkan semua luka. Itu ternyata ada benarnya. Riset terbaru dari Universit...

Unik Aneh

Wow 5 Gadget Canggih Untuk Melakukan Kejahilan

Jahil merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menyebalkan, menyenangkan bagi yang melakukan kejahilan dan menyebalkan tentunya bagi san...

6 Grup Band Paling Unik di Dunia, Band Asal Indonesia Termasuk

1.Kiss bandKiss adalah band rock AS, yang dibentuk di New York City, Desember 1972 silam. Kiss mudah dikenali lewat aksi panggung para p...

Humor

Santa Claus Ngapain Kalo Nggak Natal

Profesi apa, ya, yang kerjanya cuma setaun sekali? Santa Claus jawabannya. Kalo Natal udah lewat, trus dia ngapain, dong? Kira-kira inilah kegiatan Santa Claus kalo lagi sepi job. Berkebun Di waktu senggangnya, ternyata Santa Claus adalah pencinta tanaman. Makanya, salah satu hobin...

Enam Perbedaan Tawuran di Jepang dan Indonesia

Dari segi teknologi dan kecerdasan, mungkin kita masih kalah sama jepang. Tetapi bukan cuma itu, bahkan dalam hal tawuran para ababil kita pun masih kurang maju dan ketinggalan. hehe1. GayaVSJepang : Gayanya keren dan rapi.Indonesia : Acak acakan dan norak.2. Geng TawuranVSJepang : kenangan sebel...

Orang Indonesia Lebih Bahagia Daripada Orang Hongkong

Related Posts

Sebanyak 84,7% rakyat Indonesia mengaku bahagia. Hal itu terungkap dalam survei yang diadakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Hasil survei menunjukkan sebanyak 14,2% rakyat Indonesia menyatakan sangat bahagia dan 70,5% mengaku cukup bahagia. Apabila digabungkan, total sebanyak 84,7% merasa bahagia. Adapun yang mengaku kurang bahagia dan tidak bahagia sama sekali secara keseluruhan sebesar 12,2%.
Dari hasil survei tersebut, Direktur Lingkaran Survey Kebijakan Publik (LSKP) LSI Group, Sunarto Ciptoharjono mengatakan ada beberapa faktor penting yang dapat menjelaskan alasan seseorang merasa bahagia.
“Pertama, kualitas kesehatan. Orang yang merasa sehat dan tidak mengalami gangguan kesehatan, semakin merasa bahagia. Kedua, keamanan. Orang yang merasa bahwa lingkungannya aman, akan merasa lebih bahagia. Ketiga, uang atau pendapatan. Orang yang punya pendapatan cukup, merasa lebih bahagia,” terang Sunarto dalam sebuah kesempatan.
Survei ini diadakan pada awal Oktober 2010 dengan populasi nasional dan menggunakan metode penarikan sampel Multistage Random Sampling (MRS). Jumlah sampel 1.000 orang dengan tingkat kesalahan sampel (sampling error) plus minus 4%. Tingkat kebahagiaan umumnya diukur dengan dua metode, yakni objektif dan subjektif.
Metode objektif dilakukan dengan mengumpulkan dan menghimpun data menyangkut kualitas kehidupan publik suatu negara seperti jangkauan asuransi kesehatan, kualitas lingkungan dan, air bersih. Adapun metode subjektif dilakukan dengan meminta publik menilai sendiri kehidupan mereka. Survei LSI ini menggunakan metode subjektif.
Sunarto mengungkapkan, apabila dibandingkan dengan negara-negara yang pernah disurvei World Value Survey (WVS), Indonesia berada di posisi ke-32. “Indonesia menempati posisi ke-32 dari 57 negara yang pernah disurvei WVS,” ungkapnya.
Selandia Baru berada di urutan teratas dengan 97,3% penduduknya mengaku sangat atau cukup berbahagia. Kemudian disusul Kanada, Norwegia, Swedia, dan Malaysia. Namun, Indonesia berada di atas Hongkong, Jerman, dan China. “Yang menarik, kita lebih bahagia bila dibandingkan dengan Hongkong dan Jerman,” kata Sunarto. Survei LSI mengadopsi metode yang sama dengan yang digunakan WVS.
Sunarto menegaskan bahwa hasil survei ini tidak bisa dijadikan ukuran bahwa kebijakan pemerintah sudah berhasil. “Karena parameter kita adalah parameter yang subjektif, faktor perasaan. Kita cuma melihat tingkat kebahagiaan berdasarkan pengakuan responden,” jelasnya.
Metode subjektif, sambung Sunarto, berbeda dengan human development index. “Kalau human development index itu dari kebijakan pemerintah, tingkat mortalitas, tingkat kematian bayi, dan lain-lain. Kalau ini tidak, ini berdasarkan perasaan subjektif. Dalam kondisi apapun, kalau dia merasa bahagia, ya sudah,” pungkasnya.


Pesan dari Author
Arga Wijaya Hardy

Terimakasih sudah membaca artikel dari blog ane gan. Semoga bermanfaat. Dan jangan lupa tinggalkan komentar agan

Tidak ada komentar:

Leave a Reply


Arsip Blog

Followers

Statistik

1156297