Tak Efektif, AS Diam-Diam Hentikan Program Anti-Teror "NSEERS"
Related Posts
Pemerintah AS memutuskan untuk menghentikan program NSEERS--sebuah program antiterorisme yang diberlakukan pascaserangan 11 September 2001.
Berdasarkan program NSEERS atau National Security Entry-Exit Registration System, setiap laki-laki berusia 16 tahun ke atas, terutama yang berasal dari negeri-negeri Muslim, wajib mendaftarkan dirinya ke otorita federal, menjalani wawancara dan diambil sidik jarinya. Perlakuan ini juga dikenakan pada orang-orang Korea Utara yang masuk ke wilayah AS.
Ketentuan itu berlaku bagi mereka yang akan masuk ke AS dan bagi 80.000 lebih lelaki asal negeri Muslim yang sudah tinggal di AS. Sekitar 1.000 orang diantaranya berasal dari kawasan Metro Detroit. Sejak ketentuan ini diberlakukan, hampir 13.800 orang menjalani penyelidikan lebih lanjut, dan 2.870 orang dideportasi. Tapi tak seorang pun yang terkena tuduhan terorisme, sehingga beberapa pakar mengatakan bahwa NSEERS adalah program yang gagal dan sudah mempermalukan serta melecehkan banyak orang.
"Program NSEERS tidak efektif untuk menangkap teroris," kata Shoba Sivaprasad Wadhia, profesor hukum di Penn State University yang meneliti program tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS secara diam-diam akhirnya menyatakan menghentikan NSEERS. Departemen itu hanya mengumumkannya lewat situs resmi mereka pada tanggal 28 April kemarin dan tidak mengumumkannya secara luas pada publik.
Buat AS, program ini dibutuhkan untuk mengantisipasi terorisme. Tapi mereka yang terkena kewajiban mengikuti program itu, menilai NSEERS adalah program pelecehan etnis. "Mereka memperlakukan kami seperti binatang," kata Siefeddine Siefeddine, warga AS asal Lebanon.
Menurut Siefeddine, ia harus menunggu proses registrasi dari jam 09.00 pagi sampai jam 07.00 malam, dan petugas registrasi dengan santainya bilang bahwa ia sebaiknya pulang saja dan kembali lagi keesokan harinya untuk lapor diri.
Berdasarkan program NSEERS atau National Security Entry-Exit Registration System, setiap laki-laki berusia 16 tahun ke atas, terutama yang berasal dari negeri-negeri Muslim, wajib mendaftarkan dirinya ke otorita federal, menjalani wawancara dan diambil sidik jarinya. Perlakuan ini juga dikenakan pada orang-orang Korea Utara yang masuk ke wilayah AS.
Ketentuan itu berlaku bagi mereka yang akan masuk ke AS dan bagi 80.000 lebih lelaki asal negeri Muslim yang sudah tinggal di AS. Sekitar 1.000 orang diantaranya berasal dari kawasan Metro Detroit. Sejak ketentuan ini diberlakukan, hampir 13.800 orang menjalani penyelidikan lebih lanjut, dan 2.870 orang dideportasi. Tapi tak seorang pun yang terkena tuduhan terorisme, sehingga beberapa pakar mengatakan bahwa NSEERS adalah program yang gagal dan sudah mempermalukan serta melecehkan banyak orang.
"Program NSEERS tidak efektif untuk menangkap teroris," kata Shoba Sivaprasad Wadhia, profesor hukum di Penn State University yang meneliti program tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS secara diam-diam akhirnya menyatakan menghentikan NSEERS. Departemen itu hanya mengumumkannya lewat situs resmi mereka pada tanggal 28 April kemarin dan tidak mengumumkannya secara luas pada publik.
Buat AS, program ini dibutuhkan untuk mengantisipasi terorisme. Tapi mereka yang terkena kewajiban mengikuti program itu, menilai NSEERS adalah program pelecehan etnis. "Mereka memperlakukan kami seperti binatang," kata Siefeddine Siefeddine, warga AS asal Lebanon.
Menurut Siefeddine, ia harus menunggu proses registrasi dari jam 09.00 pagi sampai jam 07.00 malam, dan petugas registrasi dengan santainya bilang bahwa ia sebaiknya pulang saja dan kembali lagi keesokan harinya untuk lapor diri.
Tidak ada komentar: